Senin, 27 Mei 2013

Terima kasih, Bidadari kecil


siang itu, sepulang sekolah.
aku berlari, bergegas pergi.
sedikit terisak, bermuka masam.
ingin segera menjauh dari sini, ingin segera pulang.
ingin segera menghindari kerumunan.
wajahku cemberut, jangankan tersenyum, menyapa teman yang tak sengaja berpapasan saja, rasanya tidak selera.
hatiku retak, remuk.

di pelataran lain, seorang akhwat yang ku kenal, sedang asyik dengan Al-Qur'an nya.
aku berharap, dia tak menyadari kehadiran ku saat aku lewat di hadapan nya.
sayang, doa ku tidak di kabul.
wajahnya melirik ke arah ku. tersenyum manis, ramah, menyejukkan.

"Assalammualaikum, Kak Nunu"

"Wa'alaikumsalam" ku jawab salamnya sembari berusaha membalas senyum tulusnya. meski aku tau, rasanya mustahil menyunggingkan senyum tulus padanya.

aku pun segera menghindari dia. segera pergi.

"kak Nunu, sebentar " panggilnya lagi, yang terpaksa menghentikan langkahku untuk segera menjauh

"iya, kenapa?"

"semenjak Isma kenal Kak Nunu, Isma ga pernah liat Kak Nunu senyum. Kak Nunu senyum dooooong...." pintanya

mendengar kritikan itu, otak ku sejenak berpikir. benarkah? bukankah selama ini, meski senyum adalah hal yang paling langka untuk aku lakukan, namun aku selalu tersenyum dan ramah terhadapnya? terhadap teman-teman yang sudah ku kenal baik pun, bukannya aku selalu menyempatkan senyum?

"ah sudahlah, " pikirku

aku berlalu dari nya, sambil tak lupa meninggalkan senyum untuknya. senyum yang khusus aku berikan pada hari tidak menyenangkan itu, hanya untuk dia. bidadari kecil itu.

aku menjauh dari sana, pergi secepatnya.

namun hebat sekali. pertemuan dengannya, permintaan senyumnya, melihat senyum tulusnya, hatiku melunak.
beban ku serasa ringan sejenak. perasaan ku sedikit lebih tenang. pikiran ku, sedikit lebih terarah.

"Isma, trimakasih..." lirihku dalam hati

entah bagaimana kau mengobati nya. entah bagaimana kau meringankan nya. entah apakah kau tau atau tidak tentang yang terjadi sebenarnya. tentang kabar hatiku hari itu. entahlah.

kamu hanya meminta ku tersenyum, itu saja.

perlahan aku tersadar sesuatu. aku ingat, setiap pertemuan kita selalu tercipta senyuman. darimu, dari ku. kau bukan meminta ku tersenyum karna kau tak pernah melihat ku tersenyum. tapi kau mau, melihat ku slalu tersenyum. bagaimana pun hatiku. bagaimana pun kehidupan ku.

ah Isma, andai kau tau segala. andai kau benar-benar tau hati ku.

sungguh, yang ku rindu adalah wajah-wajah seperti mu. seperti kalian.
sungguh, yang ku butuh adalah jiwa-jiwa seperti mu. seperti kalian.
jiwa-jiwa bidadari, jiwa-jiwa malaikat.
jiwa-jiwa penyelamat akhlak.
Jiwa-jiwa Asy-syifa...



-SMAVO, ROHIS Asy-Syifa-




tertanda,



Pasukan Prawira 2
25.02.2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar