Rabu, 13 November 2013

Jika Pekerjaan Tak Sesuai "Passion"

ebagai seorang yang baru lulus kuliah, biasanya kita akan langsung menyambar setiap tawaran kerja yang datang. Mencari pengalaman biasanya menjadi alasan utama, meski setelah beberapa bulan dijalani ternyata kita tak menyukai pekerjaan tersebut.

Apa yang harus dilakukan jika merasa pekerjaan tak sesuai passion?

- Batasi curhat
Jika Anda merasa tak cinta dengan bidang pekerjaan ini, jangan umbar perasaan kepada setiap rekan kerja. Bahkan kepada orang yang Anda anggap bisa dipercaya. Batasi curhatan Anda hanya kepada keluarga atau sahabat di luar kantor.

Jangan buat kesalahan dengan mem-posting ketidaksukaan Anda terhadap atasan atau kantor di media sosial. Anda tak pernah tahu siapa yang akan membaca, bisa saja atasan yang sekarang atau calon atasan pada masa mendatang.

- Mulailah berburu lowongan
Tetaplah lakukan tugas yang diberikan dengan semangat. Sebaiknya jangan berhenti bekerja sampai Anda mendapatkan kepastian diterima kerja di tempat lain. Jauh lebih mudah mendapatkan pekerjaan saat Anda masih bekerja.

Di sela kesibukan, mulailah mengirim lowongan dan mencari informasi tentang lowongan di tempat lain. Perbarui dan poles CV dan juga profil di LinkedIn. Hapuslah hal-hal di media sosial yang bisa membuat Anda tampak tidak profesional.

- Pilih pekerjaan berikutnya dengan teliti
Tak semua orang beruntung bisa mendapatkan pekerjaan yang langsung sesuai dengan minat dan kata hati. Untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan passion, bacalah uraian pekerjaan secara lebih teliti. Kumpulkan informasi (lewat Google, situs perusahaan, atau teman) mengenai perusahaan yang diincar sebelum mengirimkan surat lamaran.

- Mengundurkan diri dengan bijak
Setelah Anda diterima di kantor baru, ajukan surat pengunduran diri minimal dua minggu sebelum hari terakhir bekerja. Buatlah surat pengunduran diri secara singkat. Hindari menyebarkan cerita-cerita buruk yang berisi keluhan Anda terhadap atasan atau perusahaan. Untuk mendapatkan surat referensi yang positif, bekerjalah lebih giat lagi setelah mengajukan surat pengunduran diri.

sumber :    http://female.kompas.com/read/2013/10/29/1346362/Jika.Pekerjaan.Tak.Sesuai.Passion.

Sulit Menuntaskan Pekerjaan? Yuk Perbaiki Manajemen Waktu

Meski Anda merasa setiap hari selalu sibuk, nyatanya masih ada saja pekerjaan yang tertinggal. Bukan hanya sederet tugas di kantor, pekerjaan di rumah pun sama-sama tidak terselesaikan. Bahkan ada beberapa hal penting yang luput dari ingatan. Kalau sudah begini, tampaknya Anda butuh manajemen waktu yang lebih baik.

Ada beberapa kiat yang menarik dan bisa diterapkan dari Laura Stack, penulis buku What To Do When There's Too Much To Do: Reduce Tasks, Increase Results and Save 90 Minutes a Day. Menurutnya, setiap orang mestinya bisa mengatur waktunya sedemikian rupa dan mendapatkan hasil yang terbaik. Berikut tips agar bisa memanajemen waktu supaya lebih efektif:

- Tuliskan apa yang mau dicapai
Buat daftar prioritas harian, apa saja yang harus dituntaskan. Yang tidak begitu penting bisa diabaikan dulu. Tentukan juga tujuan dari setiap tugas tersebut, baik untuk tujuan yang hasilnya instan atau jangka panjang. Tuliskan setiap hal tersebut supaya Anda bisa lebih fokus dan spesifik terhadap apa yang akan dikerjakan.

- Daftar dan beri angka
Setelah membuat tujuan dan daftar yang mesti dituntaskan, sekarang beri angka atau urutan. Sediakan waktu setidaknya lima menit sebelum tidur untuk melihat apa yang akan dikerjakan esok hari.

- Berkata tidak
Bagaimanapun Anda tidak akan bisa ada di dua tempat di waktu yang bersamaan. Begitu juga membagi pikiran untuk dua kerjaan yang berbeda dengan waktu yang sedikit. Oleh karenanya fokus pada satu hal, dan bila tidak memungkinkan mengerjakan yang lainnya, berani untuk katakan tidak.

- Lakukan di saat yang tepat
Pertimbangkan juga kondisi tubuh. Misalkan kapan waktu yang sangat baik, yakni saat stamina sedang penuh, kapan perlu ambil jeda. Menuntaskan pekerjaan penting di pagi hari sangat dianjurkan karena biasanya setelah makan siang level energi menurun.

- Disiplin
Tegaskan diri untuk tidak mengintip media sosial di saat jam kerja atau ngobrol dengan teman. Mungkin awalnya Anda hanya berniat jeda sebentar, tapi karena isu di media sosial sedang seru biasanya tanpa disadari Anda sudah membuang waktu selama satu jam. Terapkan disiplin pada diri sendiri agar pekerjaan Anda lebih fokus.

- Ambil jeda
Setelah mendisiplinkan diri dan fokus, ada saatnya memberi jeda. Waktu jeda ini bisa dimanfaatkan untuk rileks dan mengisi ulang tenaga. Berjalan-jalan di taman, ke kantin sebentar, atau sekedar menelepon anak di rumah biasanya efektif untuk mengembalikan semangat.


Sumber :

Penulis :
Rahman Indra
Editor :
Lusia Kus Anna

Rahasia Menjaga Hubungan dengan Mertua

Tantangan terbesar dalam kehidupan pernikahan yaitu menjalin hubungan dengan mertua. Apalagi bagi menantu perempuan, sulit rasanya membina hubungan baik dengan ibu mertua.
Menurut penelitian, dari sekitar 60 persen pernikahan para menantu memiliki ketegangan hubungan dengan ibu mertua, baik menantu perempuan dengan ibu dari suaminya, atau menantu pria dengan ibu dari istrinya. Campur tangan ibu mertua seringkali menjadi penyebab dari ketegangan tersebut. Akan tetapi jika kita memiliki sikap positif dan menunjukkan rasa hormat kepada ibu mertua, umumnya hubungan tersebut akan membaik.
Jika hubungan Anda sendiri dengan ibu mertua sedang memanas, coba lakukan beberapa tips berikut:
Sikap positifSelalu coba sampaikan sikap positif terhadap Ibu mertua, karena mereka pasti sebenarnya menginginkan yang terbaik bagi anak dan cucunya. Dan, apa yang menurutnya terbaik tentu yang menurut pengalamannya sendiri.
PersamaanCobalah untuk memperlakukan ibu mertua seperti Anda memperlakukan ibu Anda sendiri. Misalnya jika Anda memberikan ibu Anda hadiah ulang tahun, maka lakukan hal yang sama kepada ibu mertua. Karena, jika suatu saat Anda memiliki seorang menantu, kemungkinan Anda ingin diperlakukan dengan cara yang sama. Yaitu, mendapat perhatian yang selayaknya.
KepekaanFakta bahwa perempuan telah menghabiskan bagian penting dari hidupnya untuk membesarkan anaknya, mungkin membuat dia sedikit sensitif ketika kini ada orang lain yang menjadi pusat perhatian dalam kehidupan anaknya. Maka, cobalah peka terhadap perasaan ibu mertua.

MenghormatiPerlakukan ibu mertua dengan hormat. Sadari bahwa beliau memang lebih berpengalaman dan lebih bijaksana. Dia mungkin telah melalui banyak kesulitan dalam hidupnya. Cobalah lebih memahami apa yang menjadi kepeduliannya, yaitu dengan berbincang atau bertanya tentang masa kecilnya, bagaimana ia tumbuh, dan membesarkan anak-anaknya. Ketika Anda berusaha mengerti dirinya, ia akan menyayangi Anda dan meningkatkan ikatan yang kuat antara Anda berdua.

PerhatianBerbincang lah lebih sering dengan Ibu mertua, tunjukkan padanya bahwa Anda ingin mengenalnya lebih baik, dan menimba ilmu darinya mengenai menjadi ibu yang baik. Jangan ragu untuk meminta petunjuk mengenai pengasuhan anak, mengenai apa yang baik menurut dirinya.
Komunikasi Jaga komunikasi Anda dengan ibu mertua, seperti menelepon dan mendengarkan kabarnya saat itu. Tanyakan juga kabar ayah mertua Anda (jika masih ada), juga anak-anaknya yang lain. Jika Anda memiliki anak, kirimkan fotonya ke ibu mertua. Seorang nenek pasti suka melihat foto cucu mereka.

NasihatIbu mertua Anda jelas memiliki lebih banyak pengalaman daripada Anda. Jangan ragu untuk meminta sarannya. Apa pun hasilnya, setidaknya Anda mendengarkan, menunjukkan rasa hormat, dan menjaga komunikasi dengan baik. Biasanya Ibu mertua hanya berusaha untuk membantu, hanya saja seringkali memaksakan metode yang Anda anggap sudah kuno.

Anak-anakBiarkan ibu mertua Anda turut mengurus anak-anak Anda. Bagi mereka, cucu lebih penting daripada anak-anak mereka sendiri. Biarkan dia memanjakan cucu mereka sedikit, dan sebaiknya Anda tak perlu terlalu menghalanginya.

Penulis :
Krismas Wahyu Utami
Editor :
Dini

Saat Ibu Menjelekkan Suami, Apa yang Harus Dilakukan Seorang Istri?

Di Indonesia, tinggal satu atap dengan orangtua meskipun sudah menikah merupakan hal yang lumrah terjadi. Langkah ini menjadi alternatif bagi pasangan suami istri yang baru menikah dalam rangka menghemat keuangan, sampai akhirnya mampu membeli rumah milik berdua.
Tinggal bersama orangtua setelah menikah tidak selamanya indah. Bahkan, bagi beberapa pasangan menikah, diam-diam mereka kerap menggerutu dan menyamakan kondisi tersebut bak hidup di "penjara". Sebab, potensi terjadi friksi antara pasangan dan orangtua sangat besar. Apalagi, bila ibu Anda tidak suka dengan menantunya, yakni suami Anda tercinta.
Seperti yang dialami oleh Andhita (30), karyawan swasta. Selama tiga tahun ini ia mengaku masih nebeng di rumah orangtua bersama suami dan satu putranya. Sebab, dirinya dan suami sama-sama bekerja, otomatis setiap hari Andhita menitipkan buah hatinya kepada sang ibu. Sebenarnya dulu ia sempat mempekerjakan pengasuh untuk mengawasi si kecil, tetapi ibunya menawarkan agar dirinya saja yang menjaga sang cucu, dan uang untuk membayar pengasuh tersebut lebih baik ditabung saja.
Karena tawaran datang dari ibu sendiri, Dhita pun dengan senang hati menurutinya. Sebenarnya Dhita berharap dengan kesibukan dan kebahagiaan yang dilalui ibu bersama cucu mungkin kejengkelannya dengan suami Dhita akan luruh.

Namun, seperti yang diungkapkan orang bijak, manusia berencana tetapi Tuhan yang berkehendak, ternyata penilaian ibu terhadap suaminya tak kunjung berubah. Bahkan semakin memburuk, setiap hari Dhita harus berlapang dada mendengarkan keluhan ibu terhadap suaminya yang terus berkembang.
Bukan hanya ke Dhita, ibunya juga sering menjelekkan suami kepada para tetangga. Tetapi, apa yang terjadi, saat mengutarakan rasa kecewanya kepada ibu mengenai perilakunya tersebut, si ibu malah balik marah dan mendiamkan Dhita berhari-hari.
Padahal, menurut Dhita, suaminya sangat menghormati dan menyayangi orangtuanya, bahkan cenderung memanjakan.
Kondisi dan kemelut yang dihadapi oleh Dhita merupakan refleksi dari kehidupan sejumlah pasangan suami istri di Indonesia yang masih numpang dengan orangtua. Memang tidak mudah menjalaninya, tetapi bukan berarti tidak ada solusinya.
Menurut Sani B Hermawan, Direktur Lembaga Konsultasi Daya Insani, menyelesaikan masalah seperti menyusun rangkaian puzzle. Jika kepingan tidak lengkap, tentu tidak akan selesai. Tugas bagi para istri yang berada dalam kondisi seperti Andhita adalah mencari kepingan yang hilang agar bisa disusun kembali dengan tuntas.
Dalam hal ini, kepingan yang hilang adalah persepsi ibu yang negatif kepada suami. Sebab, bisa jadi, rasa kesalnya merupakan manifestasi dari kekecewaan. Maka, terjadilah reaksi transformation. Misalnya, mungkin sebenarnya ibu kesal dengan Anda, tetapi dilampiaskan kepada suami. Luangkanlah waktu untuk me-review  peristiwa sebelum dan sesudah menikah. Apakah ada hal signifikan yang membuat ibu Anda memiliki penolakan terhadap pasangan.
Kemudian, langkah selanjutnya adalah berbicara dari hati ke hati kepada ibu Anda. Secara perlahan, cobalah menggali apa yang mendasari kejengkelannya tersebut. Jika ini tidak berhasil, mintalah bantuan kepada kakak atau adik Anda untuk berkomunikasi dengan ibu.
Selain itu, jangan lupa untuk membelikan ibu hadiah sebagai reward atas bantuannya merawat si kecil dan jasanya membantu rumah tangga Anda. Dengan perlakuan lembut dan santun dari Anda, percayalah bahwa secara perlahan amarah ibu akan menyusut dan mengubah persepsinya terhadap suami.

Sumber :  http://female.kompas.com/read/2013/11/07/2112269/Saat.Ibu.Menjelekkan.Suami.Apa.yang.Harus.Dilakukan.Seorang.Istri.

4 Ilmu yang Wajib Dimiliki Sebelum Menikah

Sebelum Anda mendapatkan SIM sehingga layak membawa kendaraan, tentu Anda harus belajar nyetir dan memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di jalan agar tidak membahayakan diri dan orang lain. Begitu pun dengan pernikahan. Sebelum menikah, Anda juga sebaiknya mempelajari empat hal ini.

1. Mengatur emosi
Anak kecil biasanya mudah marah, berteriak, bahkan menggigit temannya. Orang dewasa sebaliknya, kebanyakan hidup dalam zona tenang. Kabar baiknya adalah orang dewasa yang sering emosional, bisa belajar bagaimana mengatasi dan menenangkan dirinya.

Jika Anda sering berbicara dengan nada tinggi atau marah-marah lebih dari sekali dalam beberapa bulan, atau Anda sering sangat marah sehingga ucapan dan perilaku Anda menyakiti orang lain, mengatur emosi adalah hal pertama yang harus dilakukan sebelum berjanji sehidup semati.

2. Komunikasi
Berbicara dengan bijaksana, terutama menyangkut topik yang membuat kesal, dan juga belajar mendengarkan, adalah hal yang penting dalam pernikahan. Mengatakan sesuatu tetapi dengan cara mengkritik, komplain, atau menyindir, akan membawa banyak masalah dalam pernikahan. Sifat terlalu cuek, mengabaikan, bahkan tidak menganggap penting, omongan pasangan juga sebaiknya tidak dibawa dalam pernikahan.

3. Resolusi konflik
Setiap pasangan memiliki perbedaan. Pasangan yang sukses tahu bagaimana memulai dengan "cara saya" menjadi "cara kami" yang bisa diterima kedua belah pihak. Memiliki satu suara sangat penting, bahkan dalam perbedaan sederhana seperti memilih acara di tivi atau yang sangat serius seperti akan tinggal di mana, serta bagaimana mengatur uang.

4. Sikap positif
Setiap kali Anda berbagi senyuman, tertawa mendengar lelucon yang dilontarkan pasangan, mengekpresikan rasa terima kasih, atau setuju dengan komentar pasangan, sebenarnya Anda sedang membangun sikap positif dalam hubungan. Makin sering Anda berdua saling mengembangkan sifat itu, makin kokoh perkawinan Anda.

Kunci pernikahan yang sukses adalah persiapan. Ingatlah bahwa pernikahan bukan untuk satu hari, tetapi semoga selamanya. Berbagai penelitian menunjukkan, pasangan yang mau belajar keterampilan tersebut lebih berbahagia. Karena itu jangan hanya menghabiskan energi untuk menyiapkan pesta pernikahan, tapi juga pastikan Anda sudah memiliki keterampilan tersebut.

Sumber : http://female.kompas.com/read/2013/11/02/1432105/4.Ilmu.yang.Wajib.Dimiliki.Sebelum.Menikah