Di Indonesia, tinggal satu atap dengan orangtua meskipun sudah
menikah merupakan hal yang lumrah terjadi. Langkah ini menjadi
alternatif bagi pasangan suami istri yang baru menikah dalam rangka
menghemat keuangan, sampai akhirnya mampu membeli rumah milik berdua.
Tinggal bersama orangtua setelah menikah tidak selamanya indah.
Bahkan, bagi beberapa pasangan menikah, diam-diam mereka kerap
menggerutu dan menyamakan kondisi tersebut bak hidup di "penjara".
Sebab, potensi terjadi friksi antara pasangan dan orangtua sangat besar.
Apalagi, bila ibu Anda tidak suka dengan menantunya, yakni suami Anda
tercinta.
Seperti yang dialami oleh Andhita (30), karyawan swasta. Selama tiga tahun ini ia mengaku masih nebeng
di rumah orangtua bersama suami dan satu putranya. Sebab, dirinya dan
suami sama-sama bekerja, otomatis setiap hari Andhita menitipkan buah
hatinya kepada sang ibu. Sebenarnya dulu ia sempat mempekerjakan
pengasuh untuk mengawasi si kecil, tetapi ibunya menawarkan agar dirinya
saja yang menjaga sang cucu, dan uang untuk membayar pengasuh tersebut
lebih baik ditabung saja.
Karena tawaran datang dari ibu sendiri, Dhita pun dengan senang hati
menurutinya. Sebenarnya Dhita berharap dengan kesibukan dan kebahagiaan
yang dilalui ibu bersama cucu mungkin kejengkelannya dengan suami Dhita
akan luruh.
Namun, seperti yang diungkapkan orang bijak, manusia
berencana tetapi Tuhan yang berkehendak, ternyata penilaian ibu
terhadap suaminya tak kunjung berubah. Bahkan semakin memburuk, setiap
hari Dhita harus berlapang dada mendengarkan keluhan ibu terhadap
suaminya yang terus berkembang.
Bukan hanya ke Dhita, ibunya juga sering menjelekkan suami kepada
para tetangga. Tetapi, apa yang terjadi, saat mengutarakan rasa
kecewanya kepada ibu mengenai perilakunya tersebut, si ibu malah balik
marah dan mendiamkan Dhita berhari-hari.
Padahal, menurut Dhita, suaminya sangat menghormati dan menyayangi orangtuanya, bahkan cenderung memanjakan.
Kondisi dan kemelut yang dihadapi oleh Dhita merupakan refleksi dari
kehidupan sejumlah pasangan suami istri di Indonesia yang masih numpang dengan orangtua. Memang tidak mudah menjalaninya, tetapi bukan berarti tidak ada solusinya.
Menurut Sani B Hermawan, Direktur Lembaga Konsultasi Daya Insani, menyelesaikan masalah seperti menyusun rangkaian puzzle.
Jika kepingan tidak lengkap, tentu tidak akan selesai. Tugas bagi para
istri yang berada dalam kondisi seperti Andhita adalah mencari kepingan
yang hilang agar bisa disusun kembali dengan tuntas.
Dalam hal ini, kepingan yang hilang adalah persepsi ibu yang negatif
kepada suami. Sebab, bisa jadi, rasa kesalnya merupakan manifestasi dari
kekecewaan. Maka, terjadilah reaksi transformation. Misalnya, mungkin sebenarnya ibu kesal dengan Anda, tetapi dilampiaskan kepada suami. Luangkanlah waktu untuk me-review peristiwa sebelum dan sesudah menikah. Apakah ada hal signifikan yang membuat ibu Anda memiliki penolakan terhadap pasangan.
Kemudian, langkah selanjutnya adalah berbicara dari hati ke hati
kepada ibu Anda. Secara perlahan, cobalah menggali apa yang mendasari
kejengkelannya tersebut. Jika ini tidak berhasil, mintalah bantuan
kepada kakak atau adik Anda untuk berkomunikasi dengan ibu.
Selain itu, jangan lupa untuk membelikan ibu hadiah sebagai reward atas
bantuannya merawat si kecil dan jasanya membantu rumah tangga Anda.
Dengan perlakuan lembut dan santun dari Anda, percayalah bahwa secara
perlahan amarah ibu akan menyusut dan mengubah persepsinya terhadap
suami.
Sumber : http://female.kompas.com/read/2013/11/07/2112269/Saat.Ibu.Menjelekkan.Suami.Apa.yang.Harus.Dilakukan.Seorang.Istri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar